Selamat Ulang Tahun, Sayang.
Sayang, maaf jika aku telat mengucapkan ini.
Ah umurmu sudah bertambah tua. Mari kita mulai dengan nostalgia saja.
Waktu pertama aku mengenalmu, detik itu juga aku merasakan cinta pada pandangan pertama sekaligus cinta pertama. Kamu sangat elegan. Cantik, anggun dan glamor. Saat itu juga, ku baptis diriku sendiri menjadi pemujamu.
Aku suka melihat caramu berdansa. Aku suka melihat caramu dengan penuh gaya membuat malu semua yang membencimu. Aku suka caramu menjauhkan diri dari orang yang hendak menjatuhkanmu.
Dan jujur, barisan perhiasan hasil kerja kerasmu membuat rasa cintaku bertambah. Bahkan berkali-kali lipat. Aku bangga padamu.
Kini, waktu itu sudah 10 tahun berlalu. Dan aku masih setia menemanimu. Apakah rasa cintaku berkurang? Ah, jangan tanya masalah itu. Karena tidak ada jawaban yang lebih klise selain “semakin hari cintaku semakin bertambah” ku.
Sebagai orang yang telah menemanimu selama 10 tahun, aku sudah mengenal luar dalam mu. Koleksi perhiasanmu, keindahan yang seakan mulai meninggalkanmu, dan kotornya orang tuamu.
Dan kini, umurmu sudah semakin tua. Seharusnya kamu lebih matang lagi. Tapi sepertinya kamu masih ingin terlihat awet muda dengan cara yang salah. Menjadi labil bukanlah cara terbaik untuk mewujudkan keinginan kembali dan terus mudamu.
Sadarkah kamu bahwa kamu sudah jauh berbeda dari kamu yang pertama membuatku jatuh cinta? Mana kecantikanmu? Mana tambahan perhiasanmu? Aku merindukan itu. Tapi seperti orang yang jatuh cinta lainnya, aku hanya ingin kamu. Kamu yang bagaimanapun itu. Aku tau sudah banyak yang melebihi kecantikanmu saat ini. Tapi lihat koleksimu! Kamu pemilik perhiasan terbanyak di dunia ini! Sadarkah kamu?
Maaf, bukan bermaksud mengasarimu. Aku hanya ingin kamu kembali seperti dulu. Setidaknya 5 tahun lalu. Kenapa? Karena aku sayang kamu.
Bertambahnya umur bukan hambatan, sayang. Harusnya motivasimu juga bertambah. Tenang, sampai kapanpun aku tak akan meninggalkanmu. Aku masih akan disini, berteriak gembira dan berjingkrak ketika kamu memperlihatkan kecantikanmu yang menjadikanmu nomor satu. Dan aku masih tetap disini walau kamu belum bisa menjadi yang terbaik lagi, aku akan terus mendukungmu, baik dan burukmu.
Aku juga meminta maafmu, karena belakangan aku jarang melihatmu. Hanya lewat foto-foto dan cuplikan itu. Aku jarang melihat pertunjukkan dansamu. Terakhir aku melihatmu, kamu benar-benar mengecewakanku. Kamu tidak lebih baik dari dari penari berkostum kuning itu. Kamu terlihat bukan kamu.
Selamat ulang tahun, sayang.
Satu pintaku, ingatlah jati dirimu!
Associazione Calcio Milan, Il Club Piu Titulato Al Mondo.
14 Dicembre 1899 – 14 Dicembre 2013.
About author: Louis Alfin Adam
Pengamat hal nggak penting yang lagi belajar ngetik.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar: