JUARA, EUY!



Dua tahun lalu saya dihadapkan dengan dilema anak SMA yaitu kemana akan melanjutkan studi. Otak saya harus bisa memilih antara UGM atau Unpad. Setelah berlibur dan bermalam beberapa hari di Jogjakarta, saya mulai merasakan keinginan yang luar biasa untuk kuliah di... Bandung. Ada tiga alasan kuat saya mengapa memilih Bandung. Yang pertama, Jogja (sangat) panas (alasan ini saya pilih diantara ratusan alasan yang mungkin akan membuat saya bernasib sama dengan Florence Sihombing jika saya utarakan). Yang kedua, saya ingin dipimpin oleh Ridwan Kamil. Dan ketiga, saya ingin menonton PERSIB secara langsung. Well, untuk yang ketiga nampaknya masih jauh dari kata terlaksana karena ternyata musim ini PERSIB menggunakan stadion Si Jalak Harupat Soreang sebagai kandang dan mulai musim depan menggunakan stadion GBLA di Gedebage yang (baru saya tau belakangan) ternyata jauh, bingits. Dua tahun berlalu dan akhirnya, saya pun resmi menjadi mahasiswa FH UNPAD... yang Alhamdulillah masih (dan semoga seterusya) bertempat di Bandung.

Tuhan saya pernah berfirman untuk meninggalkan urusan duniawi ketika mendengar suara adzan, namun nampaknya pesan itu gagal diajarkan kepada seluruh umat oleh ustadz sekaliber Felix Siauw sekalipun. Dan pada tanggal 7 November lalu warga Bandung menerapkan konsep ajaran tersebut dengan ibadah yang lain. Jalanan nampaknya lupa bahwa malam itu adalah malam minggu, ia yang biasanya dibisingkan oleh adu merdu suara klakson menjadi kosong bak daftar absensi anggota DPR. Ketika wasit Prasetyo Hadi meniup pluit tanda dimulainya pertarungan akhir ISL 2014 di Jakabaring, seluruh warga Bandung yang tidak berkesempatan beribadah langsung ke Palembang menanggalkan semua aktivitas “duniawi”nya dan mulai khusyuk di depan layar sembari membiarkan jiwanya terhanyut di sungai musi.

Saya sendiri cukup beruntung dapat khusyuk beribadah berjamaah selama 2 jam lebih walau dibawah guyuran hujan di depan air mancur kampus Unpad Iwa Kusumasumantri, saya bersama puluhan atau mungkin ratusan saudara seiman berulang kali berteriak dan menyanyi di tengah peribadatan tersebut.
  
“I Made! I Made! I Made!
Berulang kali nama tersebut diteriakkan, yang disebut namanya seakan menjadi sosok paling diharapkan oleh jutaan manusia berhati biru. Hingga ketika tendangan Nelson Alom berhasil ditangkis, saat itu pula venue peribadatan kami pecah. Teriakan semua orang menjadi satu. Dan ketika Ahmad Jufryanto berhasil mengeksekusi penalti, kami orgasme. Ya. Orgasme.

Apa yang lebih melegakan sekaligus mengharukan daripada kedatangan sesuatu yang sudah dinanti selama 19 tahun? Bahkan penantian itu lebih panjang dari umur saya. Maka jangan heran jika mereka yang bertatto dan berbadan macho meneteskan air mata malam itu. Air mata... Bahagia? Lega? Haru? Ah, saya yakin mereka juga tidak dapat menjelaskannya.

Setelah tendangan penentu tersebut jalanan kota Bandung baru hidup. Hidup yang jauh lebih hidup. Ratusan bahkan ribuan warga tumpah ruah di jalanan. Mulai dari pria bertatto, ibu-ibu menyusui, hingga mahasiswa jomblo memasang wajah ceria di jalanan. Bagi kaum yang disebut belakangan, ini juga penantian yang panjang dimana mereka dapat keluar dari kamarnya dengan wajah ceria di malam weekend. Ya, impian yang menjadi nyata itu berhasil menyatukan semua golongan.

Jalanan Bandung benar benar pecah, mereka yang berkendara berkonvoi dengan memainkan klakson, mereka yang berjalan kaki menyanyi sepanjang jalan bak segerombolan pemuda mabuk dua botol vodka. Di tengah hiruk pikuk euforia yang membuncah itu, saya sendiri menjadi saksi dua momen yang tak akan pernah saya buang dari otak. Yang pertama adalah momen dimana segerombolan pengendara motor sedang berkonvoi dan segerombolan pejalan kaki akan menyebrangi jalan, para pejalan kaki menghentikan pengendara motor untuk.... bernyanyi bersama. Saya yakin diantara mereka tidak saling kenal bahkan bisa saja mereka mendukung kesebelasan eropa yang berbeda atau bahkan anggota geng motor yang bermusuhan. Namun malam itu semua saudara. Cukup dengan mengepalkan tangan dan berteriak lantang “Juara!”, anda sudah dianggap sebagai keluarga. Sebelumnya saya juga sering menonton momen bernyanyi bersama di tengah jalan tersebut di rekaman video, namun menonton atau bahkan merasakan secara langsung benar-benar membuat saya terharu dan speechless. Lalu momen kedua yang saya rekam jelas di kepala adalah ketika seorang tukang parkir berjoged dan bernyanyi sendirian di pinggir jalan. Momen ini jelas menggelitik sekaligus mengharukan, mamang parkir yang mungkin selama 19 tahun hanya terjebak dalam rutinitas menata kendaraan yang datang pergi sontak bertransformasi menjadi anak kecil yang mendapat mobil remote control hasil merayu sang ayah sembari menangis sesenggukan. Ia melepas rompi parkir dan berjoged serta berteriak “Juara!” kepada rombongan manapun yang melintas di depannya. Dan saya kembali speechless.

Sepanjang bulan menemani malam di kota kembang, jalanan menampung ribuan tetes airmata haru, kecup syukur sujud manusia, nyanyian lagu juara. Semua orang dibuat mabuk, mabuk euforia dan beberapa menambahkannya dengan mabuk alkohol. Udara dipenuhi ucap syukur kepada Tuhan maupun kata-kata kasar, orang punya cara bersyukur masing-masing. Dan keesokan harinya omzet tukang cukur naik berlipat-lipat ganda.

Penantian selama 19 tahun warga Bandung dan manusia berhati biru lainnya terjawab malam itu. Dan semesta menghendaki saya untuk turut serta di dalamnya. Tentu momen menang itu akan terus saya kenang. Memori eufora Jakabaring akan selalu saya susun rapi di otak dan hati. Momen yang tidak saya abadikan melainkan dengan otak dan hati. Dan meminjam kata Sean O’Connol dalam dialognya dengan Walter Mitty pada salah satu adegan di The Secret Life Of Walter Mitty, “If I like a moment, for me, personally, I don't like to have the distraction of the camera. I just want to stay in it.”

Ceuk aing oge naon, PERSIB aing pasti Juara!


TAI.

Aku ingin menulis puisi
Bukan masalah cinta atau hati ke hati
Bukan dengan kata romantis atau orasi berapi-api
Aku ingin bicara tentang tai

Aku ingin bicara tentang tai
Bukan carut marut penerimaan perguruan tinggi negeri
Bukan yang masuk lewat titipan sanak saudari
Bukan mereka penerima bidikmisi, dengan iphone 5s di kiri, di kanan menenteng tas LV

Aku ingin bicara tentang tai
Bukan gosip hangat para selebriti
Bukan mereka yang hobi gonta – ganti suami atau istri
Bukan mereka yang ingin menjadi gubernur, presiden, atau bupati
Bukan mereka yang sedang diliput tentang menu buka puasa hari ini

Aku ingin bicara tentang tai
Bukan tentang politisi berebut jatah lewat koalisi
Bukan capres yang kanan atau kiri
Bukan orasi mereka yang mengalahkan substansi
Bukan juga janji-janji, apalagi untuk siapa suara ini

Aku ingin bicara tentang tai
Bukan pemerintahan di negeri ini, yang akan berganti pemimpin lagi
Bukan tentang kebaikan pemimpin yang ini, apalagi keburukan, nanti puisi ini tak bertepi
Bukan tentang kebijakan mereka atau penghargaan yang mungkin bisa di beli
Bukan tentang pemerataan yang jauh panggang dari api

Aku ingin bicara tentang tai
Bukan kinerja para menteri yang sedang mengincar jabatan entah apa lagi
Bukan tentang dia yang bertanya guna internet cepat di negeri ini
Bukan yang sedang dagdigdug berurusan dengan komisi pemberantasan korupsi
Bukan yang anaknya lolos dari bui
Bukan mereka yang bernilai hijau, karena hanya hitungan jari

Aku ingin bicara tentang tai
Bukan hiruk pikuk ajang empat tahun sekali
Bukan melesatnya omzet penjual jersey grade ori
Bukan tawa puas dan hujan uang para bandar judi
Bukan juga tangisan dan ratapan penduduk tuan rumah kali ini

Aku ingin bicara tentang tai
Bukan media yang memihak sana sini
Bukan koran atau televisi yang tak dapat dipercayai
Bukan pembuat berita yang ideologinya dapat dibeli

Aku ingin bicara tentang tai
Sebenar-benarnya tai
Yang mengambang di kali dan melebur menjadi suci
Aku ingin bicara tai

Bukan itu semua. Ah. Tai.

Tips Menjadi Fans Tim Medioker





Minggu, 9 Februari 2014. Fulham ditahan imbang Manchester United dengan skor 2-2. Bahkan mereka hampir kalah jika Darrent Bent tidak menjadi pahlawan The Cottagers. Hasil ini tentu mengecewakan bagi anak asuh Rene Meulensteen. Menilik sepekan sebelumnya, Stoke City bisa dengan mudah mengatasi para pesepakbola kacangan berkostum merah itu dengan skor 2-1.

Ah, saya baru ingat. Manchester United itu mantan tim asuhan Sir Alex Ferguson!

****

Saya prihatin dengan tim dengan basis fans terbanyak di dunia itu. Jika anda salah satu fans setan merah, tulisan ini khusus untuk anda. Jangan berprasangka buruk dulu, saya disini tidak untuk mengolok-olok tim anda seperti ratusan artikel yang bisa membuat hati anda pedih yang bisa anda temukan dengan mudah di google.

Sebagai seorang fans AC Milan (ya anda bisa menilai saya sebagai seorang kolot yang susah move on), saya bisa mereasakan apa yang anda rasakan. Bahkan lebih pedih. Tim anda berada di peringkat 7 EPL dan tim saya menduduki peringkat 11 SERIE A. Jelas. Tim saya jauh lebih buruk dari tim anda.

Ya, saya sudah tau kok kalau pendukung tim anda didominasi oleh para glory hunter yang saat ini pasti sudah mulai menghafalkan nama-nama pemain Bayern Munich atau sedang berburu jersey kw tetangga anda yang dilatih Jose Mourinho.

Bagi anda yang masih setia mengolok-olok, maksud saya, mendukung MU dengan sepenuh hati, saya akan dengan senang hati menyambut anda sebagai fans tim medioker bersama para pendukung Newcastle United, Inter Milan, Almeria, dan Burnley.

Oh iya, saya lupa. Anda pasti belum terbiasa mendukung tim medioker. Oke, saya akan bagi tips untuk anda.




1.  Jangan Arogan
     Sebagai pendukung tim medioker, tolong hapus slogan “we’re not arrogant just better” anda. Percayalah, anda akan ditertawakan jika masih mengenakan jersey merah dengan emblem MU dan dengan pedenya meneriakkan slogan itu. Apa? Anda masih menganggap anda lebih baik dari Liverpool? Tolong, anda pasti bukan anak kecil yang bercita-cita menjadi ultraman, kan?

2.  Sabar
     Jika anda belum berganti tim yang anda sembah musim ini, anda masih belum terlampau sabar. Tengok fans yang biasa kalian bully  yang sekarang bisa mengencingi anda kapan saja dari peringkat 4. Belajar sabarlah dari mereka. Hapus gengsi anda atau murtad ke klub lain sekarang juga.

3. Pujalah Pemain Muda Anda Seperti Anda Memuja Pacar Anda
     Saya sudah terbiasa dengan ini. Musim lalu, ada anak muda dengan rambut punk yang pesonanya melebihi pacar saya. Stephan El Shaarawy. Dia sendirian membuat tim saya lolos ke liga champions. Oh ya, ada pemain berambut punk lainnya yang akan saya bahas pada poin selanjutnya. Dan beruntunglah anda memiliki Adnan Januzaj. Pujalah dia, pujilah dia, doakan dia setelah anda ibadah agar dia terbebas dari cedera. Sebelum dia pindah ke klub lain yang lebih besar, dan ingin bermain di liga champions.

4.  Cintai Pemain Anyar Anda
     Ya, musim lalu ada seorang pemain bengal baru yang menjadi andalan di tim saya. Mario Balotelli. Dia adalah striker buangan dari Manchester City. (Maaf, saya tahu anda alergi dengan nama itu.) dan dia menjadi andalan di tim saya. Ah, saya tak perlu merendah. Dan musim ini, pada bulan yang sama anda kedatangan Juan Mata. Dia juga buangan dari tetangga kaya anda. Dan saya tahu anda orgasme ketika mendengar kabar kedatangannya. Cintailah dia. Sepenuh hatimu.

5.  Bersyukur
     Ah, saya rasa ini poin paling penting. Anda jangan terlalu delusional dengan mengharapkan tim anda bisa menang di 5 pertandingan berturut-turut. Jangan pernah bertaruh tim anda akan menang dengan tim-tim besar seperti Chelsea, Liverpool, Stoke City, Fulham, West Brom, Newcastle United. Jika tim anda kalah, bertindaklah sewajarnya. Karena anda tahu bahwa itu memanglah hal yang wajar. Dan jika tim anda menang, anda juga harus bertingkah sewajarnya, karena menang di pertandingan selanjutnya sangatlah sulit, jika anda masih punya optimisme untuk tidak merasa mustahil.

6.  Banggakan Sejarah
     Sebagai manusia, anda pasti tak mau harga diri anda terus terinjak bukan? Ini adalah perisai terbaik untuk mempertahankan harga diri anda. Ingat, anda memiliki 20 gelar liga inggris dan 3 gelar liga champions. Banggakan hal tersebut di depan siapa saja yang mengejek anda. Karena anda tak akan pernah tau berapa musim lagi angka itu akan bertambah.

Saya sudah lebih senior daripada anda dalam hal mendukung tim medioker. Jika anda tak mendengarkan nasehat saya, anda sama seperti seorang yang menolak diajari make up oleh syahrini.


Apa? Ya. Sama-sama.

Melihat Presiden Dengan Perspektif yang Berbeda



Perspektif.
Bagi saya, seperti halnya bumi, semua yg ada dan terjadi di dalamnya juga berbentuk lingkaran yang memiliki sisi tak terhingga. Kita bisa memandang itu semua dari sudut manapun, dan akan melihat apapun. Tergantung siapa kita dan bagaimana kita memanfaatkan otak kita.

Jika saya adalah kaum liberal atau anak gaul yang memiliki motto hidup YOLO, saya akan melanjutkan langkah saya tanpa terputus satu pun ketika melihat sepasang muda-mudi berciuman di pinggir jalan, bahkan jika mereka memiliki kelamin yang sama. Namun jika saya adalah anggota salah satu ormas islam pemuja habib rizieq, saya tentu akan tetap melanjutkan langkah saya, sambil berlari, dan kembali dengan puluhan bahkan ratusan kawan berjubah putih saya lalu mengarak mereka keliling kota... kecuali mereka mau membayar kami.

Contoh lain adalah jika saya merupakan seorang yang open minded, saya akan dengan senang hati mengikuti ajakan teman saya yg atheist untuk mengikuti seminar yang membahas tentang paham sosialis. Namun jika saya adalah seorang kolot yang lebih memilih berdiam diri di dalam gua tanpa pernah melihat dunia luar, tentu saya akan menolak ajakan teman saya yang atheist itu, dan bahkan saya tidak akan pernah memiliki teman yang atheist.

Seperti yang anda baca di paragraf pertama. Semua yang ada di bumi dapat dipandang dari sisi manapun. Termasuk para presiden kita.

1. Ir. Soekarno
Perspektif umum : Bapak bangsa. Proklamator kita. Seorang presiden dengan kharisma yang luar biasa. Presiden yang sangat nasionalis dan mementingkan kepentingan rakyatnya. Sosok yang menginspirasi jutaan rakyat indonesia.
Perspektif lain : Laki-laki hidung belang. Presiden tak bermoral. Tukang gonta-ganti pasangan. Komunis.

2. Soeharto
Perspektif umum : Diktator. Memanfaatkan kekuasaan untuk memperkaya diri sendiri dan keluarganya. Presiden yang merampas hak rakyatnya, membungkam suara-suara yang menentangnya. Tak segan-segan membunuh siapapun yang tak sejalan dengannya.
Perspektif lain : Presiden yang mampu menyejahterakan rakyat. Mampu menstabilkan perekonomian bangsa, dan menjaga keharmonisan negara.

3. B.J. Habibie
Perspektif umum : Ilmuwan terbaik yang pernah dimiliki Indonesia. Presiden dengan pandangan jauh ke depan. Orang yang mampu membuat jutaan anakn indonesia ingin sepertinya.
Perspektif lain : Orang pintar yang tidak bisa menjadi pemimpin. Tidak bisa menjaga keutuhan NKRI dengan melepas Timor Timur dan membiarkan mereka merdeka.

4. Abdurrahman Wahid
Perspektif umum : Presiden yang sangat kontroversial nan cerdas. Celetukkannya humor namun sarat makna. Seorang yang sangat plural dan adil dengan melepaskan belenggu kaum minoritas.
Perspektif lain : Orang gila. Ngomong seenaknya. Liberal. YAHUDI.

5. Megawati Sukarnoputri
Perspektif umum : Presiden wanita pertama Indonesia. Penyambung mimpi ibu kita kartini.
Perspektif lain : Ha? Dia pernah jadi presiden?

6. Susilo Bambang Yudhoyono
Perspektif umum : Jenderal bintang 4. Lulusan terbaik ABRI dengan penghargaan lencana Adhi Makayasa. Pemenang pemilu 2x berturut-turut.
Perspektif lain : Penyanyi gagal yang sudah mengeluarkan 4 album. Menjadi presiden sebagai aji mumpung untuk mengangkat pamornya sebagai penyanyi.

Selamat Ulang Tahun, Sayang.

Sayang, maaf jika aku telat mengucapkan ini. Ah umurmu sudah bertambah tua. Mari kita mulai dengan nostalgia saja. Waktu pertama aku mengenalmu, detik itu juga aku merasakan cinta pada pandangan pertama sekaligus cinta pertama. Kamu sangat elegan. Cantik, anggun dan glamor. Saat itu juga, ku baptis diriku sendiri menjadi pemujamu. Aku suka melihat caramu berdansa. Aku suka melihat caramu dengan penuh gaya membuat malu semua yang membencimu. Aku suka caramu menjauhkan diri dari orang yang hendak menjatuhkanmu. Dan jujur, barisan perhiasan hasil kerja kerasmu membuat rasa cintaku bertambah. Bahkan berkali-kali lipat. Aku bangga padamu. Kini, waktu itu sudah 10 tahun berlalu. Dan aku masih setia menemanimu. Apakah rasa cintaku berkurang? Ah, jangan tanya masalah itu. Karena tidak ada jawaban yang lebih klise selain “semakin hari cintaku semakin bertambah” ku. Sebagai orang yang telah menemanimu selama 10 tahun, aku sudah mengenal luar dalam mu. Koleksi perhiasanmu, keindahan yang seakan mulai meninggalkanmu, dan kotornya orang tuamu. Dan kini, umurmu sudah semakin tua. Seharusnya kamu lebih matang lagi. Tapi sepertinya kamu masih ingin terlihat awet muda dengan cara yang salah. Menjadi labil bukanlah cara terbaik untuk mewujudkan keinginan kembali dan terus mudamu. Sadarkah kamu bahwa kamu sudah jauh berbeda dari kamu yang pertama membuatku jatuh cinta? Mana kecantikanmu? Mana tambahan perhiasanmu? Aku merindukan itu. Tapi seperti orang yang jatuh cinta lainnya, aku hanya ingin kamu. Kamu yang bagaimanapun itu. Aku tau sudah banyak yang melebihi kecantikanmu saat ini. Tapi lihat koleksimu! Kamu pemilik perhiasan terbanyak di dunia ini! Sadarkah kamu? Maaf, bukan bermaksud mengasarimu. Aku hanya ingin kamu kembali seperti dulu. Setidaknya 5 tahun lalu. Kenapa? Karena aku sayang kamu. Bertambahnya umur bukan hambatan, sayang. Harusnya motivasimu juga bertambah. Tenang, sampai kapanpun aku tak akan meninggalkanmu. Aku masih akan disini, berteriak gembira dan berjingkrak ketika kamu memperlihatkan kecantikanmu yang menjadikanmu nomor satu. Dan aku masih tetap disini walau kamu belum bisa menjadi yang terbaik lagi, aku akan terus mendukungmu, baik dan burukmu. Aku juga meminta maafmu, karena belakangan aku jarang melihatmu. Hanya lewat foto-foto dan cuplikan itu. Aku jarang melihat pertunjukkan dansamu. Terakhir aku melihatmu, kamu benar-benar mengecewakanku. Kamu tidak lebih baik dari dari penari berkostum kuning itu. Kamu terlihat bukan kamu. Selamat ulang tahun, sayang. Satu pintaku, ingatlah jati dirimu! Associazione Calcio Milan, Il Club Piu Titulato Al Mondo. 14 Dicembre 1899 – 14 Dicembre 2013.

Sepucuk Surat dari Seonggok Mimpi

Hai kamu, baca aku. Camkan aku. Ku ceritakan kamu sesuatu. Bukan dongeng. Bukan cerpen.

Untuk apa kamu hidup? Bukalah mata, hati, telinga. Dunia in bundar, kawan. Dari sudut manapun kamu bisa melihat apapun. Susahkah melihat yang satu ini? Susahkah melihat keberadaanku? Ya, kamu pikir aku abstrak. Tak seperti anti-teori ku. Namun kapanpun, ketika kamu menghirup nafas setelahmu, itu lah aku. Abstrak? Masihkah berpikir begitu?

Masihkah kamu diam disana? Menatap terpaku jalannya dunia? Tentang aku yang selalu kamu sebut dalam doa mu. Dan aku yang tak pernah kau coba temui. Apa yang ada di otakmu? Jika kau punya itu, ada aku disitu!

Hai, sadar! Aku tidak membutuhkanmu. Tapi aku ada untukmu! Aku bukanlah opsi. Aku bukanlah fantasi. Aku adalah buah dari aksi! Mana? Mana pohon yang kau tanam untuk memanenku? MANA?!!!

Kita diciptakan oleh Tuhan untuk saling bertemu. Di titik temu itu, kelak kita berjumpa. Bagaimana rupaku? Semua tergantung kamu! Aku bisa menjadi seorang bidadari jelita yang membutakan mata. Tapi aku juga bisa menjelma sebagai wujud duniawi dari siksa neraka yang ada dalam kitab sucimu. Ha? Kamu bahkan tak pernah membuka itu?

Hai! Aku semakin mendekatimu! Titik temu itu! Kita akan bertemu! Ingat, kamu mendoakanku sudah sejak lama. Dan mana usahamu mengabulkan doamu?! Ha?! MANA?!

Ingat hai bocah bodoh! Hari ini adalah jawaban dari doamu. Hari ini adalah hari esok yang kamu nantikan itu! Sudah bertemu aku? Sudah merasakanku? SUDAH?!!

Kamu boleh tertawa dan menghabiskan hari-hari penuh kebahagiaanmu saat ini sepuasmu. Tapi ingat, aku semakin mendekat! Aku akan menjemputmu! Kita akan bertemu!

Hai! Kita akan bertemu! Kita akan bertemu! Kita akan bertemu!
Sebentar lagi kau akan melihat wujudku! Wujudku yang merupakan perwujudan semua doa dan aksimu! Siapkah kamu?!

Kita sama-sama diciptakan Tuhan kawan, percayalah. Bedanya aku bisa memandangimu kapanpun, menertawakanmu, dan meragukanmu. Tapi kamu? Kamu harusnya tetap optimis! Ha?! Kamu tahu arti kata itu?! Berusaha! Lihat ke belakang! Sudah berapa langkah kamu berjalan?! Sudah berapa kali udara keluar masuk hidungmu?! Tak sadarkah kamu?! Ha?! Sudah berapa kali kamu berusaha?!

Stop! Jangan pernah kamu beharap bertemu aku yang cantik dan sangat indah jika kamu terus seperti itu! Aku akan menyiksamu! Aku akan datang dengan godam di tangan kanan ku dan besi panas yang siap ku lelehkan di setiap inchi tubuhmu jika kamu terus seperti itu!

Tenang, sayang. Aku bisa saja mewujudkan diriku menjadi seorang wanita cantik yang siap memuaskanmu sepanjang waktu. Aku bisa menjadi air yang tak akan pernah berhenti mengaliri dahagamu. Aku bisa menjadi hembusan oksigen yang dengan tentram keluar masuk paru-parumu. Aku bisa menjadi apa yang kamu mau. Ya. Yang kamu mau. APA SAJA YANG KAMU MAU.

Hai! Apa itu yang terlintas di otakmu?! Ragu?! RAGU?! CUIH! Aku benci kata itu! Jika kamu terus memelihara kata itu, aku akan mengahcurkan seluruh hidupmu dengan siksaku!

Nah. Itu yang aku mau. Senyummu. Tatatapanmu. Tatapan penuh kemenangan. Penuh kesiapan. Ya. Betul. Seperti itu. Terus. Lalu mantapkan hatimu. Hancurkan ragumu. Bakar optimismu.

Jemput aku sayang, dengan peluhmu. Maka akan kuantar kau dengan kendaraan ternyamanku.
 Hai! Percayalah! Sebelum kita bertemu!

Dari: Masa Depan.

Di: Dekatmu.

Dongeng Masa Depan

Kamis, 4 Juli 2030.

Seorang laki-laki 34 tahun sedang menghabiskan waktu luang dengan anaknya. Dia menceritakan apa yang Ia lihat sewaktu masih muda. Anggap saja dia itu saya.

Saya    :           Sini, dek. Mau denger papa cerita tentang waktu muda dulu nggak?
Anak   :           Iya, pa. (berlari antusias)
Saya    :           (memangku anak) Minta ceritain apa?
Anak   :           Dulu papa sama mama gimana?
Saya    :           Kamu masih kecil dek, belum paham begituan. Nanti aja kalo kamu udah besar papa ceritain.
Anak   :           Emang gimana sih pa?
Saya    :           Dulu, papa sama mama nggak pernah pacaran. Ya, deket aja gitu. Kita nyebutnya hubungan-tanpa-nama. Terus.... Eh iya papa lupa nggak mau cerita itu!
Anak   :           (ketawa kecil)
Saya    :           Papa cerita tentang negara ini aja ya, dek.
Anak   :           Iya, pa!
Saya    :           Dulu, Indonesia ini punya hutan luaaaaaaaaas banget. Di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Papua, Jawa sama pulau-pulau kecil lainnya dulu warnanya hijau dek, di luar pulau Jawa juga masih banyak hutan lebat yang nggak ada manusia. Kalopun ada, itu suku pedalaman, hidupnya masih bergantung sama alam, malah ada yang nggak pake pakaian kaya kita.
Anak   :           Aku udah pernah diceritain guruku,pa.
Saya    :           Ohya? Pelajaran apa?
Anak   :           Sejarah.
Saya    :           (senyum) Terus dulu di Indonesia juga banyak binatang –yang waktu itu- langka. Kamu tau badak? orangutan? bekantan?
Anak   :           Tau pa! Kemarin guru sejarahku juga baru cerita.
Saya    :           Nah, dulu mereka banyak dek di hutan-hutan.
Anak   :           Terus, sekarang mereka kemana pa?
Saya    :           (senyum) Mereka sekarang sudah dipindah sama Tuhan ke tempat yang jauuuuh lebih luas, lebih bagus, dan nggak ada yang ganggu.
Anak   :           Emang dulu mereka diganggu pa?
Saya    :           Ya gitulah dek. Dulu mereka dibunuh manusia. Sekarang kasihan kamu sama temen-temenmu, cuma denger dari guru sejarah.
Anak   :           Gitu ya pa? Terus mereka bakal balik lagi nggak?
Saya    :           Nggak bisa dek. Kalopun bisa mereka mau hidup dimana? Sekarang kan udah nggak ada hutan yang kaya dulu.
Anak   :           Kan bisa di kebun binatang pa?
Saya    :           Di Kebun Binatang itu beda sama di hutan dek. Dulu, waktu ayah SMA ada kebun binatang yang binatangnya pada mati semua. Kamu mau ngeliat mereka disiksa?
Anak   :           Nggak pa, kasihan.
Saya    :           Nah, makanya mereka dipindah sama Tuhan.
Anak   :           Gitu ya, pa. Ohiya, kemarin aku main ke tempat temenku, katanya kakeknya dulu dalang. Dalang itu apa, pa?
Saya    :           (senyum) Dalang itu seniman yang kerjanya mainin wayang.
Anak   :           Wayang? (menatap heran)
Saya    :           Oh, sekarang juga udah jarang ya. Jadi wayang itu kaya boneka, bentuknya macem-macem, dibuatnya juga dari macem-macem. Nah wayang-wayang itu dimainin dalang dalam sebuah cerita. Ceritanya juga banyak. Dulu masih banyak pertunjukkan wayang.
Anak   :           Papa bisa?
Saya    :           Nggak, dek. Nggak semua orang bisa ndalang. Butuh keahlian khusus. Nah karena dari jaman dulu udah jarang yang belajar ndalang, ya jaman sekarang kita kesulitan kalo mau nonton wayang.
Anak   :           Nanti liburan kita nonton wayang aja ya, pa.
Saya    :           Iya dek, nanti papa cari tempat nonton wayang (senyum)
Anak   :           Ohiya pa, kemaren kata temenku dia baru pulang dari Amerika pa.
Saya    :           Terus dia cerita apa?
Anak   :           Disana dia nonton pertunjukkan gamelan, pa.
Saya    :           (melongo)
Anak   :           Liburan kita juga ke Amerika ya pa, aku juga pingin nonton gamelan disana.
Saya    :           (diam) Eh, udah jam 9 dek. Tidur dulu sana.
Anak   :           Oke, pa! (lari menuju kamar)

Hari ini, dialog tersebut hanyalah fiksi belaka. Khayalan dari seorang bocah SMA. Tapi, apakah akan benar-benar menjadi fiksi belaka?